Halaman

Jumat, 06 April 2012

Jamu dengan BKO Bikin Citra Jamu Buruk” plus 1 info menarik lainnya

Jamu dengan BKO Bikin Citra Jamu Buruk” plus 1 info menarik lainnya


Jamu dengan BKO Bikin Citra Jamu Buruk

Posted: 06 Apr 2012 10:10 AM PDT

KOMPAS.com - Masih banyaknya jamu dengan kandungan bahan kimia obat (BKO) yang beredar di pasaran menyebabkan citra jamu menjadi buruk. Hal ini harus terus menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan yang wajib memberantas peredaran jamu ilegal tersebut.

Demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Charles Saerang saat acara temu media PT. Nyonya Meneer, Kamis, (5/4/2012), di Jakarta. 

"Itu jamu yang harus dimusnaskan karena membuat citra jamu buruk. Jadi orang yang buat BKO itu tidak punya rasa kebanggan terhadap produk jamu," tegasnya.

Saerang mengatakan, pemerintah seharusnya mengayomi keberadaan jamu sebagai aset budaya. Minimnya sosialisasi dan pembinaan dalam memberi suatu kejelasan informasi tentang penggunaan jamu yang benar dianggap sebagai suatu alasan kenapa peredaran jamu dengan BKO masih terus ada.

"Kita kurang pembinaan. Pembinaan ini tidak sekedar disweeping, ditangkap. Tetapi harus ada yang namanya pendidikan terkait masalah kesadaran minum jamu yang benar," bebernya.

Di sisi lain, masyarakat juga harus diberikan pemahaman dan informasi yang benar bahwa jamu yang memiliki khasiat langsung alias cespleng, justru jenis jamu yang berbahaya karena mengandung BKO.

Menurut Saerang, cara kerja dari jamu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan vitamin. Butuh sebuah proses atau tahapan hingga seseorang dapat betul-betul merasakan manfaatnya. Jadi, tidak tiba-tiba langsung terasa manfaatnya.

"Kalau yang cespleng dan namanya aneh-aneh harus diwaspadai. Karena isinya bisa berupa paracetamol, steroid, aspirin, yang kita tidak tahu berapa kadar atau dosisnya," ungkapnya.

Untuk mengatasi hal ini, Saerang meminta kepada Badan POM untuk teratur melakukan sampling produk jamu yang beredar di pasaran. GP Jamu juga diharapkan ikut terlibat dalam rangka melaporkan temuan produk jamu yang disinyalir mengandung BKO setiap bulannya.

"Jadi ini butuh kerjasama samua sektor jangan jalan sendiri-sendiri," tutupnya.

 

Es Krim Jamu, Upaya Populerkan Jamu Kepada Kaum Muda

Posted: 05 Apr 2012 07:36 PM PDT

Jakarta - Sebagai minuman tradisional, jamu lebih banyak dikonsumsi kalangan dewasa dan orang tua untuk menjaga kesehatan. Padahal untuk melestarikan dan meningkatkan popularitasnya, jamu juga perlu diperkenalkan kepada kaum muda.

Sayangnya, anak muda saat ini lebih menyukai minuman seperti cappuccino, latte, mocktail atau smoothies. Melihat kecenderungan itu, timbul ide untuk menjadikan jamu sebagai gaya hidup dalam bentuk yang lebih modern dan sesuai tren saat ini.

Langkah inovatif pun dilakukan oleh produsen jamu ternama, PT. Nyonya Meneer. Perusahaan jamu yang berdiri sejak 1918 ini memperkenalkan jamu kepada para remaja dengan membuatnya bukan sebagai minuman melainkan es krim.

"Kami punya tempat bernama Meneer Shop, seperti kedai minuman. Di situ ada es krim jamu dan ice jamu blended. Tujuannya adalah mengikuti tren anak muda dan menunjukkan jamu bukanlah hal yang kuno," ujar Charles Saerang, presiden direktur dan CEO PT. Nyonya Meneer saat media gathering di Restoran Sari Kuring, SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis (5/03/2012).

Charles menjelaskan, bentuk es krim jamu tidak seperti es krim pada umumnya. Proses pembuatannya mirip seperti es puter sehingga menghasilkan tekstur es yang agak kasar. Selain es krim dan ice blended, jamu juga dihadirkan dalam minuman teh dan kopi.

"Kita membuat sentuhan baru, dengan kopi jamu atau teh jamu. Karena trennya seperti itu. Inovasi ini untuk memperkenalkan jamu kepada remaja, masyarakat muda. Mereka sukanya es krim, ya sudah kita bikin es krim jamu," tambah pria kelahiran Semarang, 20 Februari 1952 ini.

Diungkapkan Charles lagi, es krim jamu ternyata cukup banyak peminatnya di kalangan anak muda. Hal itu karena rasanya yang cukup unik dan baru. Namun Charles menegaskan, es krim dan ice blended jamu bukanlah pengganti minuman jamu, karena kandungan jamunya hanya sedikit.

"Tentu saja tidak bisa disamakan dengan jamu cair atau seduh. Kandungan jamunya hanya sekian persen. Es krim jamu hanya sebagai pelengkap, bukan minuman inti. Tujuannya hanya untuk memperkenalkan jamu ke anak muda. Untuk mendapatkan khasiat jamu, tetap harus minum yang asli," ujarnya.

PT. Nyonya Meneer pun kini lebih menyasar segmen kalangan menengah ke atas sebagai konsumennya. Meskipun sejak zaman dulu jamu pun sudah dikenal sebagai minumannya para priyayi.

"Jangan salah, jamu Nyonya Meneer itu jamunya priyayi. Konsumen saat ini pun lebih banyak menengah ke atas. Harganya pun tidak murah. Misalnya jamu Bersalin Signature, dijual dengan harga ratusan ribu rupiah. Di Cina, kunyit asem bahkan dikenal dengan nama The Golden Drink," tutur Charles.

Bagaimana, tertarik mengonsumsi jamu sebagai minuman sehari-hari?

(hst/fer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar