Halaman

Selasa, 19 Oktober 2010

Jamu akan Jadi Resep Dokter” plus 1 info menarik lainnya

Jamu akan Jadi Resep Dokter” plus 1 info menarik lainnya


Jamu akan Jadi Resep Dokter

Posted: 19 Oct 2010 09:42 AM PDT

GAUNG 'Kembali ke Alam' atau 'Back to Nature' kian melanda dunia. Banyak orang mulai kembali ke pengobatan herbal ketimbang obat kimia. Lantaran itu, potensi jamu dinilai cukup besar untuk mengobati penyakit. Sayangnya, pengobatan obat tradisional itu belum bisa naik kelas. Jamu masih dianggap sebagai obat alternatif dan preventif.

Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI), Dr Hardhi Pranata, mengatakan jamu tengah didorong menjadi resep dokter. Namun, tim medis harus mengetahui terlebih dahulu khasiat bahan-bahan alami itu. Proses pensejajaran obat tradisional menjadi resep dokter (fitofarmaka) membutuhkan waktu lama dan biaya mahal. Sehingga, cara yang paling cepat yakni pendekatan ilmiah.

"Tahun 2007 Presiden SBY menginginkan agar jamu dipakai dalam resep dokter. Tentu tidak mudah membiasakan dokter memakai jamu sebagai resep pengobatan. Tapi itu yang sedang kami lakukan menjadikan herbal sebagai pengobatan dan preventif," terang Hardhi di sela-sela konferensi internasional tentang obat herbal yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Selasa (19/10).

Hardhi mengakui potensi ekonomi cukup besar di sektor obat herbal. Pada 2003, pasar herbal Indonesia sebesar Rp2,5 triliun. Potensi itu meningkat menjadi Rp8 triliun hingga Rp10 triliun pada 2010.

Hal senada diutarakan Indah Yuning Prapti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional Balitbangkes Kementerian Kesehatan di Temanggung, Jawa Tengah. Menurutnya, para dokter dan apoteker akan dilatih selama 50 jam seminggu di Temanggung untuk memodernkan obat herbal. Mereka akan diajarkan tentang khasiat bahan-bahan alami berkhasiat untuk jamu pada November mendatang.

Bahkan sudah ada 12 rumah sakit di seluruh Indonesia yang sudah menggunakan herbal sebagai pengobatan. Ke-12 rumah sakit itu yakni RS Persahabatan Jakarta, Pusat Kanker Nasional Dharmais Jakarta, RS Sardjito Yogyakarta, RS Karyadi Semarang (Jawa Tengah), RS Hasan Sadikin Bandung (Jawa Barat), RS Dr Sutomo Surabaya (Jawa Timur), RS Syaiful Anwar Malang (Jawa Timur), RSAL Mintohardjo Jakarta, RS Pirngadi Medan (Sumatra Utara), RS Kandou Manado (Sulawesi Utara), RS Sanglah Bali, dan RS Wahidin Sudirohusodo Makassar (Sulawesi Selatan).

Selain itu, langkah lain yang ditempuh adalah pembentukan komite science jamu, yang nantinya akan mempercepat upaya jamu menjadi fitofarmaka (obat jamu lulus uji klinis). Saat ini, ujarnya, 3000 item produk herbal baik berupa jamu, suplemen kesehatan, herbal terstandar atau fitofarmaka. Namun, baru empat item yang masuk dalam katergori fitofarmaka, yakni obat antikokestrol, asam urat, antihipertensi, dan antihiperglikemi.

Indah menganjurkan para industri herbal memperhatikan kualitas bahan tanaman. Para petani yang menanam tanaman herbal pun wajib diberi pelatihan untuk menjaga kualitas dan khasiat.

Komisi scientific tersebut akan dibentuk di Bali pada 20 Oktober ini. Kepala BPPT Marzan A Iskandar yang ikut hadir dalam acara tersebut menyatakan kesanggupannya membantu dalam bidang pembuktian ilmiah, baik dari segi dana maupun sumber daya manusia.(MI/***)

Pemerintah Siapkan 12 Rumah Sakit Dilengkapi Klinik <b>Jamu</b> | ESQ <b>...</b>

Posted: 19 Oct 2010 01:43 AM PDT

Pemerintah telah menyiapkan 12 rumah sakit di sejumlah provinsi yang menyediakan klinik herbal dan jamu untuk mengangkat harkat jamu sebagai pelengkap pengobatan modern.

"Dengan begitu jamu bisa menjadi pilihan masyarakat untuk pengobatan penyakit," kata Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranata di sela International Conference on Medicinal Plant di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan, ke-12 RS yang ada klinik jamunya tersebut antara lain RSCM, RS Dharmais, RS Persahabatan, RS Sardjito Yogyakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS dr Soetomo Surabaya, juga RS Shanglah Bali.

Untuk itu akan digelar pendidikan dan pelatihan tentang jamu pada akhir Oktober 2010 di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemenkes di Tawangmangu, Jawa Tengah bagi para dokter, apoteker serta tenaga medis.

"Dari diklat ini, para dokter tersebut akan mendapatkan surat registrasi untuk bisa meresepkan jamu sebagai obat bagi pasien," kata Hardhi sambil menambahkan bahwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga sudah bertekad menjadikan jamu sebagai pelengkap pengobatan modern.

Sementara itu Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Azis Iskandar, mengatakan, pihaknya juga akan membantu mengangkat obat-obatan herbal dan jamu melalui saintifikasi jamu.

"Saintifikasi jamu akan memberikan bukti ilmiah tentang kandungan herbal dan kasiat jamu mengobati suatu penyakit," ujarnya.

Selama ini untuk menjadikan jamu sebagai salah satu produk saintifik atau fitofarmaka (herbal terstandar), diperlukan waktu yang lama dan biaya besar dalam menjalani riset dan uji klinis, ujarnya.

"Sekarang sudah ada teknologi yang bisa memotong proses tersebut menjadi lebih pendek dengan biaya juga lebih murah. Tapi untuk mencapai hal tersebut, perlu kerja sama semua pihak baik dari pemerintah, swasta dan para ahli," ujarnya.Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemenkes, Indah Yuning Prapti, mengatakan, hingga saat ini sudah ada empat ramuan jamu hasil saintifikasi jamu di Kemenkes dari sekitar 3.000 produk herbal yang beredar di pasaran Indonesia, berupa jamu, suplemen kesehatan, dan fitofarmaka.

"Ramuan jamu yang sudah disaintifikasi itu, jamu anti peradangan, anti hipertensi, anti asam urat, dan anti kolesterol. Padahal masih banyak bahan jamu lainnya yang perlu disaintifikasi," ujarnya.

Dia menuturkan, dengan adanya rumah sakit yang melayani pengobatan dengan jamu, diharapkan makin banyak masyarakat yang tak mampu terobati dengan obat modern bisa terbantu. Selain itu jamu yang berasal dari bahan alami akan makin dikenal oleh masyarakat.

"Kita juga berharap jamu bisa didaftarkan ke Unesco sebagai warisan budaya bangsa, seperti halnya batik dan wayang," tambah Hardhi. (ant/git)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar